(Rabu 03/05) – Gastritis atau biasa disebut dengan maag merupakan salah satu penyakit lambung yang disebabkan karena peningkatan asam lambung dengan gejala rasa nyeri di perut atau ulu hati. Peningkatan asam lambung menyebabkan terkikisnya dinding lambung karena ketidaktahanan dinding dari asam lambung yang akan menimbulkan rasa perih pada perut atau di sekitar ulu hati. Peningkatan asam lambung dapat terjadi akibat pola makan yang tidak teratur, pola hidup yang tidak sehat, stres, konsumsi kafein maupun alkohol berkepanjangan, serta pemakaian obat yang meningkatkan produksi asam lambung. Untuk mengatasinya, penderita maag dapat menggunakan obat antiulcer, seperti antasida untuk menetralkan asam lambung maupun ranitidin untuk menghambat sekresi asam lambung. Apabila terdapat gejala lain, seperti mual, lemas, dan demam, dapat diberikan bersama obat antimual (domperidon), pemberian larutan elektrolit (oralit), maupun antipiretik (parasetamol).
Maag merupakan penyakit yang sering terdengar di kalangan mahasiswa. Umumnya, mahasiswa terkena maag karena telat makan atau terlalu banyak mengkonsumsi mie instan untuk menghemat pengeluaran. Menurut data WHO tahun 2018, maag umum terjadi pada masyarakat Indonesia, yaitu sebesar 40,8% atau 274.396 kasus maag dari 238,452,952 jiwa penduduk indonesia. Oleh karena itu, komunitas PIONEER ingin berbagi informasi mengenai penyakit maag yang tentunya cukup penting untuk bisa didapatkan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa.
Pada hari Rabu, 03 Mei 2023 lalu, dua narasumber dari komunitas PIONEER, yaitu Niken Ayu Lestari selaku Public Relation of PIONEER dan Nova Jumzalia selaku Sosial Project of PIONEER, berkolaborasi dengan stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Jember untuk melakukan siaran terkait penyakit maag melalui acara PIONAIR. Gejala awal hingga pengobatan maag telah disampaikan oleh kedua narasumber yang tentunya sangat menarik untuk didengarkan. Melalui topik maag yang diangkat di acara PIONAIR, masyarakat diharapkan lebih memahami terkait gejala dan faktor risiko gastritis agar masyarakat dapat menghindari faktor risiko maupun menjalani gaya hidup sehat. Apabila pengobatan masih belum manjur, diharapkan untuk berkonsultasi ke dokter terdekat.
