Tanggal 30 April 2025, telah diselenggarakan siaran PIONAIR yang mengangkat tema “Mengelola Alergi Musiman: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Solusi”. Siaran ini dipandu oleh Jannatun Firdausy dari divisi Creative Design dan Thesalonika Febiola Sitio dari divisi Science and Literature. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pendengar mengenai pentingnya memahami alergi musiman yang kerap terjadi pada masa peralihan musim, khususnya di negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Dalam siaran kali ini dibahas mengenai alergi musiman atau rinitis alergi, yaitu respons berlebihan dari sistem imun terhadap zat asing (alergen) seperti serbuk sari, debu, atau jamur. Meskipun alergen tersebut sebenarnya tidak berbahaya, tubuh menganggapnya sebagai ancaman sehingga memicu berbagai gejala yang cukup mengganggu.
Alergi musiman umumnya muncul saat pergantian musim, terutama dari musim hujan ke musim kemarau. Gejala yang sering dialami antara lain bersin-bersin, hidung meler, mata berair, tenggorokan gatal, batuk, hingga munculnya ruam pada kulit. Dalam siaran ini juga ditekankan pentingnya tidak melakukan diagnosis sendiri, mengingat gejala alergi musiman sering kali mirip dengan flu biasa.
Salah satu fokus utama dalam pembahasan adalah upaya pencegahan. Pendengar dianjurkan untuk memantau informasi cuaca, menutup ventilasi rumah saat kadar serbuk sari tinggi, menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, serta segera membersihkan diri setelah kembali ke rumah. Kebersihan lingkungan juga sangat penting, termasuk rutin menyapu dan mengepel lantai, serta mempertimbangkan penggunaan filter udara untuk mengurangi paparan alergen di dalam rumah.
Siaran ini turut menjelaskan perbedaan antara flu dan alergi musiman. Flu disebabkan oleh infeksi virus dan biasanya disertai demam serta rasa lelah. Sebaliknya, alergi musiman tidak menimbulkan demam dan dapat berlangsung selama alergen masih ada di udara.
Meskipun alergi musiman umumnya tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, gejalanya bisa dikontrol dengan pola hidup sehat. Hal ini mencakup konsumsi makanan bergizi, tidur yang cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari stres, serta menjauhi kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.
Dalam hal pengobatan, terdapat beberapa opsi yang dapat membantu meredakan gejala, antara lain penggunaan antihistamin, semprotan hidung kortikosteroid, obat tetes mata, dan imunoterapi. Jika gejala berlangsung lebih dari dua minggu, mengganggu aktivitas sehari-hari, atau disertai sesak napas, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Melalui siaran ini, PIONAIR berharap pendengar dapat lebih memahami alergi musiman sebagai respons sistem imun terhadap alergen seperti serbuk sari atau debu, yang sering muncul saat peralihan musim. Pelu diingat agar tidak menyamakan gejalanya dengan flu, karena meski mirip, alergi tidak disertai demam dan bisa berlangsung lebih lama.